Pemikiran yang tak berujung!

Baik, beberapa hari yang lalu saya menghadiri pameran seni yang dipromotori oleh salah seorang teman. Dia kerapa disapa rumi. Sangking cintanya terhadap budaya, dia rela membatalkan application formnya disalah satu beasiswa ternama. Setiap kami bertemu pasti ada saja hal yang selalu kami diskusikan. Yah, Islam dan sejarah-sejarahnyapun termasu. Alhasil ketika berbicara mengenai hal itu saya lebih sering diam. Singkat cerita, didalam pameran itu ada banyak karya mulai dari musik, patung dll. Yah begitulah anak seni. Karya yang paling keren menurut saya dan merupakan tema pada saat itu adalah sarung sabbe khas Sengkang. Terus terang saya sangat menikmati semua pertunjukan yang tidak luput dari mata, tapi entah mengapa ada sedikit hal yang mengganjal didalam hati, jikalau ingin dipresentasikan 99% hati saya menikmati pameran, tapi 1% ini yang menganggu seakan-akan menghantui saya. Mari kita bahas

1. Music
Terus terang ketika penari berlenggak lenggok bersama sutera yang dipamerkan ditambah dengan alunan music bulukudu saya merinding, seperti yang saya katakan tadi 99% : 1%. Sayapun tidak tau apa arti dari ini semua, apa yang saya rasakan dll. Tapi mari kita lihat hadits ini

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Apabila umatku telah mengerjakan lima belas perkara, maka telah halal bagi mereka bala’. Dan beliau SAW menghitung salah satu di antaranya adalah budak wanita penyanyi dan alat-alat musik”. (HR. Tirmizy).

Sumber : http://sangpencerah.id/2015/02/halal-haram-musik-menurut-al-quran-dan.html

2. Sutera
Yah, tidak bisa dipungkiri sutera memang merupakan satu hal yang unik dan sangat membawa nama Kota Sengkang terutama di sulawesi selatan, tapi mari kita lihat hadits berikut :

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”[7] Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.

Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259). Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukanirahimahumullah-.

Sumber : https://rumaysho.com/372-saatnya-meninggalkan-musik.html

3. Patung/Gambar dan sejenisnya
Yah bercerita tentang seni tidak lepas dari hal-hal seperti ini, mari kembali kita lihat haditsnya

Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari suatu safar dan aku ketika itu menutupi diri dengan kain tipis milikku di atas lubang angin pada tembok lalu di kain tersebut terdapat gambar-gambar. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hal itu, beliau merobeknya dan bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah mereka yang membuat sesuatu yang menandingi ciptaan Allah.” ‘Aisyah mengatakan, “Akhirnya kami menjadikan kain tersebut menjadi satu atau dua bantal.”  (HR. Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 2107).

Sesungguhnya pembuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dikatakan pada mereka, “Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan (buat).” (HR. Bukhari no. 2105 dan Muslim no. 2107)

Sesungguhnya orang yang peling berat siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah al mushowwirun (pembuat gambar).” (HR. Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109).

Sayapun masih bertanya-tanya apakah 1% ini yang banyak orang-orang bilang ?, seakan-akan 1% ini merusak yang 99%. Tapi seperti yang banyak kita saksikan kehidupan sekarang ini. Pertanyaanya kemudiaan adalah, kalo toh mereka tidak mau melepasnya, bagaimana saya bisa lepas ?

Saya akui pameran tersebut memang keren…! tapi disisi lain yah… mungkin seperti itu.

Wallahualam.

Leave a comment